Space Iklan
Bulan Dzulhijjah merupakan bulan di mana para umat mulim di dunia melakukan ibadah haji di kota suci Mekkah yang melakukan Wukuf di Padang Arafah. Dalam bulan Dzulhijjah ini , umat musli juga talh di anjurkan untuk melaksanakan puasa sunnah 2 hari yaitu pada tanggal 8 dan 9 Dzulhijjah yang di sebt dengan puasa sunnah Tarwiyah dan Arofah. Kedua puaa sunnah ini memilki keutamaan masing – masing .
Keutamaan Puasa Tarwiyah adalah Puasa Tarwiyah di lakukan pada hari Tarwiyah yaitu pada tanggal 8 Dzulhijjah . Puasa Tarwiyah mampu menghapuskan dosa selama satu tahun, sedangkan puasa Arafah mampu menghapuskian dosa selam dua tahun .
Seuah artikel karya dari Dr Abdurrahman bin Shalih bin Muhammad al-Ghafili yang berjudul Hukum Shiyam Asyr Dzulhijjah, berusaha untuk menjelaskan hukum puasa yang sering di sebut dengan Hari Tarwiyah tersebut.
Para ulam menyepakati jika Puasa Tarwiyah hukumnya sunnah. Bahkan , sangat di anjurkan untuk berpusas sejak hari pertama Dzulhijjah hingga Hari Arafah, tepatnya pada tanggal 9 Dzulhijjah.
Di dalam kitab Minah al-Jalil Syarh ‘Ala Mukhtashar al-Khalil yang bermazhab Maliki telah di sebutkan bahwa hukum berpuasa selama sembilan hari pertama Dzulhijjah hukumnya adalah sunnah, istilah puasa tersebut di kenal dengan sebutan asyr Dzilhijjah.
Keutamaan Puasa Arafah adalah puasa sunnah yang di lakukan pada hari Arafah yaitu pasa saat di berlangsungkannya wukuf di tanah Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah olrh para jemaah haji yang berada di Kota Suci Mekkah. Wukuf di Arafah bisa di bilang sebagi inti dari pada menunaikan ibadah haji. Maka dari itulah puasa Arafah sangat di anjurkan bagi ornag-ornag yang tidak menjalankan ibadah haji.
Ibnu Muflih dalam Al Furu’ -yang merupakan kitab Hanabilah- (3: 108) mengatakan, “Disunnahkan melaksanakan puasa pada 10 hari pertama Dzulhijjah, lebih-lebih lagi puasa pada hari kesembilan, yaitu hari Arafah. Demikian disepakati oleh para ulama.”
Adapun orang yang berhaji tidak disunnahkan untuk melaksanakan puasa Arafah.
عَنْ أُمِّ الْفَضْلِ بِنْتِ الْحَارِثِ أَنَّ نَاسًا تَمَارَوْا عِنْدَهَا يَوْمَ عَرَفَةَ فِي صَوْمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ هُوَ صَائِمٌ وَقَالَ بَعْضُهُمْ
لَيْسَ بِصَائِمٍ فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ بِقَدَحِ لَبَنٍ وَهُوَ وَاقِفٌ عَلَى بَعِيرِهِ فَشَرِبَهُ
“Dari Ummul Fadhl binti Al Harits, bahwa orang-orang berbantahan di dekatnya pada hari Arafah tentang puasa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagian mereka mengatakan, ‘Beliau berpuasa.’ Sebagian lainnya mengatakan, ‘Beliau tidak berpuasa.’ Maka Ummul Fadhl mengirimkan semangkok susu kepada beliau, ketika beliau sedang berhenti di atas unta beliau, maka beliau meminumnya.” (HR. Bukhari no. 1988 dan Muslim no. 1123).
Para ulama bahwasanya paling muliannya hari dalam satu tahun adalah 10 hari pertama dari bulan Dzulhijjah dan paling muliannya malam dalam satu tahun adalam 10 malam terakhir dari bulan Ramadhan.
Keutamaan Puasa Tarwiyah adalah Puasa Tarwiyah di lakukan pada hari Tarwiyah yaitu pada tanggal 8 Dzulhijjah . Puasa Tarwiyah mampu menghapuskan dosa selama satu tahun, sedangkan puasa Arafah mampu menghapuskian dosa selam dua tahun .
Seuah artikel karya dari Dr Abdurrahman bin Shalih bin Muhammad al-Ghafili yang berjudul Hukum Shiyam Asyr Dzulhijjah, berusaha untuk menjelaskan hukum puasa yang sering di sebut dengan Hari Tarwiyah tersebut.
Para ulam menyepakati jika Puasa Tarwiyah hukumnya sunnah. Bahkan , sangat di anjurkan untuk berpusas sejak hari pertama Dzulhijjah hingga Hari Arafah, tepatnya pada tanggal 9 Dzulhijjah.
Di dalam kitab Minah al-Jalil Syarh ‘Ala Mukhtashar al-Khalil yang bermazhab Maliki telah di sebutkan bahwa hukum berpuasa selama sembilan hari pertama Dzulhijjah hukumnya adalah sunnah, istilah puasa tersebut di kenal dengan sebutan asyr Dzilhijjah.
Keutamaan Puasa Arafah adalah puasa sunnah yang di lakukan pada hari Arafah yaitu pasa saat di berlangsungkannya wukuf di tanah Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah olrh para jemaah haji yang berada di Kota Suci Mekkah. Wukuf di Arafah bisa di bilang sebagi inti dari pada menunaikan ibadah haji. Maka dari itulah puasa Arafah sangat di anjurkan bagi ornag-ornag yang tidak menjalankan ibadah haji.
Ibnu Muflih dalam Al Furu’ -yang merupakan kitab Hanabilah- (3: 108) mengatakan, “Disunnahkan melaksanakan puasa pada 10 hari pertama Dzulhijjah, lebih-lebih lagi puasa pada hari kesembilan, yaitu hari Arafah. Demikian disepakati oleh para ulama.”
Adapun orang yang berhaji tidak disunnahkan untuk melaksanakan puasa Arafah.
عَنْ أُمِّ الْفَضْلِ بِنْتِ الْحَارِثِ أَنَّ نَاسًا تَمَارَوْا عِنْدَهَا يَوْمَ عَرَفَةَ فِي صَوْمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ هُوَ صَائِمٌ وَقَالَ بَعْضُهُمْ
لَيْسَ بِصَائِمٍ فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ بِقَدَحِ لَبَنٍ وَهُوَ وَاقِفٌ عَلَى بَعِيرِهِ فَشَرِبَهُ
“Dari Ummul Fadhl binti Al Harits, bahwa orang-orang berbantahan di dekatnya pada hari Arafah tentang puasa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagian mereka mengatakan, ‘Beliau berpuasa.’ Sebagian lainnya mengatakan, ‘Beliau tidak berpuasa.’ Maka Ummul Fadhl mengirimkan semangkok susu kepada beliau, ketika beliau sedang berhenti di atas unta beliau, maka beliau meminumnya.” (HR. Bukhari no. 1988 dan Muslim no. 1123).
Para ulama bahwasanya paling muliannya hari dalam satu tahun adalah 10 hari pertama dari bulan Dzulhijjah dan paling muliannya malam dalam satu tahun adalam 10 malam terakhir dari bulan Ramadhan.