Jakarta-Partai pemenang pemilu dua periode, 2004-2009, 2009-2014, Partai Demokrat menggelar Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) dan Dies Natalis ke-15 di Jakarta Convention Center (JCC) Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, Selasa (7/2/2017) malam.
Ada pun tema besar yang dihelat Partai berlambang Mercy tersebut adalah “'Indonesia untuk Semua- Indoneisa for All''.“Pada Rapimnas SBY soroti tiga hal penting yakni keadilan, kebhinekaan dan kebebasan. Ketiga isu ini penting dalam kehidupan bangsa dan Negara," ujar SBY mengawali pidato politik di usia Demokrat ke 15 tahun tersebut."Lanjut SBY ketiga hal tersebut saat ini tengah berkembang menjadi isu yang mencuri perhatian publik yang luas,tandasnya.
"Memang ketiga hal ini mudah diucapkan. Anggap saja ini adalah wake up call. Kita harus bertanggung jawab untuk melakukan sesuatu," kata dia.
Di hadapan ribuan kader Demokrat, Mantan Presiden RI ke-6 ini mengatakan, bahwa potret kekuasaan saat ini Negara terlalu mengambil peran sangat dominan bahkan berlebihan. Sejarah demikian rezim tdk akan lama.
''Dalam era ini sering gaduh, melecehkan saya, terlalu demokratis. Kata mereka rakyat tidak boleh terlalu bebas, kalau ada yang macam-macam incar saja pajaknya. Jika saya mengunakan emosi saya, maka cara kawan itu benar. Namun, yang kritis pada saya sekarang malah diam. Ketakutan penguasalah yg membuat penguasa korup. Kita harus mendidik diri kita sendiri, konstitusi kita sendiri untuk memperbaiki demokrasi di Indonesia,” tegasnya.
Menurut SBY saat ini ia merasakan apa yang dirasakan kader Demokrat yaitu ada dua hal. Pertama, hati kader sakit dan juga marah karena difitnah. Kedua, semangat dan tekad kader yang luar biasa, makin dihantam semakin kuat, papar nya.
''Andai bisa memilih disenangi pemerintah atau rakyat kita akan pilih keduanya. Tapi bila harus diminta memilih, maka demokrat harus bersama rakyat,” imbau Susilo Bambang Yudhoyono.
Menyikapi sejumlah permasalahan yang dialaminya, maka SBY menyampaikan beberapa sikap.
Pertama, Konsisten mendukung Jokowi tdk ada niat menjatuhkan di tengah jalan. Kedua, Bahwa,kader Demokrat di daerah tetap mendukung pemerintah Jokowi . Sedangkan sikap Ketiga adalah tetap kritis dan memberikan solusi pada pemerintah bila tidak memihak rakyat, tegas Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato politik penutupan Rapimnas dan Dies Natalis ke-15.
“ Partai Demokrat tidak punya bakat menjadi bunglon dan oportunis. Demokrat tetap menjadi partai demokrat religius,” jelas SBY.
Selain itu, terkait Pilkada serentak 2017, SBY berharap Demokrat prestasinya di atas hasil Pilkada 2015 lalu. Untuk itu dia berharap Polri dan TNI serta BIN harus berada di posisi “netral” di Pilkada. Bila tidak netral, dirinya paling sedih. Ia pelaku reformasi Polri dan TNI serta BIN untuk netral dan keluar dari kekuasaan.
“Netrallah dalam setiap Pemilu dan Pilkada. Kembalillah pada sumpah prajurit. Beritahu Pers bila ada kecurangan dan laporkan pada pihak yang berkompeten,” pesan Ketua Umum Demokrat itu.
Permainan politik
Dalam pidato politiknya, SBY juga menyinggung soal sejumlah masalah yang menghadangnya. Bahwa, sejak Nopember 2016 dirinya menghadapi badai. Dia dituduh menunggangi , membiayai aksi demontrasi 212, tuduhan pengeboman istana, makar.
''Yang paling baru rumah saya digerudug massa yang tidak bertanggungjawab. Para mahasiswa itu dicekoki bahwa SBY itu merusak bangsa. Namun demikian SBY pesimis akan kasus terakhir akan diusut dengan tuntas,” kata dia.
Sementara itu terpisah Ketua DPD Partai Partai Demokrat Sulawei Tengah Drs. Anwar Hafid berharap, Pilkada Serentak II tahun 2017 yang jatuh pada 15 Frebuari 2017 nanti akan berjalan lancar dan tidak memunculkan konflik politik pilkada.
"Saya berharap pilkada memilih Pemimpin Daerah di tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi tetap berjalan lancar. Demikian khususnya di Pilkada DKI juga demikian. Calon yang diusung oleh Partai Demokrat dan Parpol Koalisai lainnya yakni Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni (Paslon) Nomor urut 1 bisa sukses--memangkan pilkada tersebut," kata Anwar Hafid . (Arief )